Pages

Thursday, February 13, 2014

sederhana dan menyenangkan

Aku senang.. dan senang sekali karena aku semakin dekat dengan Marry...
Ya, akhirnya ada satu kesempatan setelah pulang sekolah aku mengajak Marry untuk sekedar jalan-jalan
mengitari lingkungan sekolah kami. Kebetulan ada taman kecil yang rindang di dekat sekolah kami.
Jaraknya hanya beberapa meter dari sekolah, sehingga kami tidak memerlukan transportasi untuk menuju kesana. Lumayan batinku.. aku bisa menghemat pengeluaran.

Perasaanku begitu berbunga-bunga ada semacam ketidak percayaan dalam diriku, ternyata aku bisa mengajak Marry untuk jalan-jalan. Tak ada rasa canggung diantara kami berdua layaknya seorang teman yang sudah lama tak berjumpa dan bertukar kabar, mungkin seperti itu awal pertemuan kami. Ya, ketika kami bertemu tidak ada rasa canggung sekali diantara kami. Mengalir begitu saja, perkataan dan sikap kami berdua. Mengalir bagaikan air yang mengalir di selokan jalanan ketika hujan turun.

Aku menemukan kesederhanaan dibalik dirinya yang luar biasa itu. Ya, dia ternyata hanya perempuan sederhana yang sama saja dengan diriku. Dia makan nasi, makan 3 kali sehari terkadang bisa 2 kali sehari atau bisa hanya 1 kali sehari tergantung selera, tidur di kasur menggunakan bantal dan guling, bola matanya hitam, rambutnya indah lurus pendek dan berwarna hitam dan... kesehariannya sama seperti diriku, membaca menonton televisi membantu orang tua di rumah dan sekali-kali jalan-jalan bersama teman-teman apabila dihari sabtu siang dan minggu pagi. Dibalik wajah cantiknya, ternyata baru ku ketahui bahwa dia tidak mempedulikan penampilannya, tampil apa adanya tanpa ada make up yang menempel di wajahnya dan tidak melakukan perencanaan yang luar biasa rumitnya ketika ingin keluar rumah. Seperti perempuan-perempuan pada tayangan televisi yang sering aku tonton.

Kesederhanaan ini ternyata membuat dia menjadi menarik dimataku. Perempuan yang begitu populer di sekolahku dan menjadi idola para laki-laki ternyata begitu sederhana, tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya.

Begitu banyak hal yang kita bicarakan, dari urusan sekolah, keluarga hingga permasalahan Indonesia. Semua menjadi pembahasan kami. Hahahaha... cukup unik memang namun itulah yag kami lakukan. Menarik dan kami ternyata mampu menciptakan suasana yang menarik sampai tak terasa hampir 3 jam kami berbincang-bincang sampai hari sudah mau gelap.

Malam ternyata menjadi pemisah kehangatan diantara kami. Ya, kami memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing karena hari sudah mulai malam dan tidak sewajarnya anak sekolah seperti kami masih menggunakan seragam masih di jalanan pada malam hari.

Oh Tuhan... kapan ada waktu kembali sehingga aku bisa berbincang-bincang dengan dirinya?


Perfect Class @kristianusevan Luapan Emosi

0 comments:

Post a Comment