Pages

Saturday, August 18, 2012

RADIO KILL THE TV STAR (end)


Part two… oke gw come back lagi buat ngelanjutin postingan yang sempat bersambung. 

Dari awal sudah ditekankan televisi merupakan kotak ajaib yang memiliki segudang hiburan dan mampu menghibur kita tanpa dipungut biaya untuk dapat menikmati hiburannya. Tapi, televisi layaknya dua sisi mata uang yang berbeda dan tidak dapat dipisahkan. Televisi memiliki dua sisi efek negatif dan positif. Televisi bisa saja menjadi sesuatu hal yang negatif apabila para produsen media menyajikan tayangan yang kurang mencerdaskan, Dan bisa juga sebaliknya apabila produsen media mau menyajikan tayangan yang mencerdaskan bagi penikmatnya. Namun apapun hal itu, kita harus sadar bahwa produsen media di Indonesia tidak semuanya memberikan tayangan yang mencerdaskan. Para produsen memproduksi tontonan yang diinginkan oleh khalayaknya bukan apa yang dbutuhkan oleh khalayaknya. 

Jadilah sekarang ini, kotak ajaib di rumah kita dihiasi oleh sinetron-sinetron yang kurang berbobot, reality show yang mengeploitasi ketidak beruntungan saudara-saudara kita dari segi finansial, reality show yang mengobjekkan perempuan menjadi bahan guyonan, Dan berita dengan formulasi 3S (Sadis,Saru,Sedih). Semua hal yang saya sebutkan diatas adalah jenis-jenis tayangan yang paling diminati masyarakat. Dampaknya? well, mungkin nggak terlihat signifikan apabila kita melihat dampak negatif dari narkoba. Tapi secara tidak sadar mindset kita bisa terpengaruhi apabila kita, terus menerus menonton tayangan yang tidak berbobot, seperti dalam social learnng theory. Hal ini bisa terjadi apabila seorang individu tidak mempunyai filter untuk menyaring tontonan yang dia konsumsi. Sebagai contoh paling gampang, gambaran kita tentang orang kaya itu seperti apa? orang yang kepapar sinetron pasti akan memiliki pandangan bahwa oang kaya itu adalah orang yang selalu berpakaian bagus mestipun di dalam rumah, berias muka dan menggunakan sepatu atau high heels dalam rumah dan pastinya memiliki mobil dan hidup di rumah yang bertingkat. Tapi kalau dibandingkan dengan orang yang memiliki sawah 100 hektare, peternakan sapi 100 ekor meskipun rumahnya kecil dan tidak bertingkat apakah itu termasuk orang kaya atau tidak?. Itulah sebabnya mengapa kita harus memiliki filter diri atau disebut LITERASI MEDIA.

Literasi media seperti yang diimpikan adalah salah satu filter diri yang nantinya diharapkan mampu menyaring hal-hal yang dianggap menyesatkan bagi diri sendiri. Tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga diharapkan kembali masyrakat mampu menjadi watch dog bagi para produsen tayangan di media massa Indonesia. 

Sekarang, kita masuk dalam pertanyaan BAGAIMANA, yah bagaimana memunculkan literasi media dalam diri sendiri menurut asumsi saya? cara paling gampang adalah dengan MEMBACA. FYK, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang senang sekali melihat dan kurang menyenangi membaca. Dengan membaca secara tidak langsung kita membuka jendela wawasan kita, memiliki referensi yang banyak tidak hanya terpaku dengan melihat televisi. tapi hal ini dapat dilaksanakan bagi kaum elite perkotaan yang memiliki akses yang lebih mudah dalam hal kepustakaan. Bagaimana dengan orang-orang yang tidak beruntung dan tidak memiliki akses tersebut? Caranya adalah dengan saling MENSOSIALISASIKAN literasi media itu sendiri. Tidak perlu dengan membuka pelatihan atau semacamnya, cukuplah dengan memberitahu keluarga di rumah, teman, dan keluarga jauh kita yang lainnya agar mengerti tentang literasi media. Hal itu sudah cukup bermanfaat untuk memberitahu dan mengajarkan orang lain tentang literasi media itu sendiri. Berikanlah penjelasan-penjelasan yang cerdas terkait tontonan yang sedang kita nikmati, dampingilah anak-anak dan adek kita yang kecil dalam menonton televisi tapi yang lebih cerdas jangan kasih kesempatan buat adek kita atau anak-anak kita untuk menonton tayangan yang belum semestinya dia tonton tapi lebih cerdas lagi nggak perlu nonton televisi tapi ajaklah bermain dan berinteraksi


Perfect Class @kristianusevan Luapan Emosi

0 comments:

Post a Comment