Sebuah gelas berkaki kupandang di atas meja
bundar di sebuah restaurant
Bening, berkilauan, bersih, kosong tak ada isi
didalamnya seperti itu yang ku lihat. Kurang menarik dipandanganku.
Lama ku pandang gelas berkaki tersebut..
seseorang lalu datang dan mengisikan sesuatu cairan ke dalam gelas berkaki itu.
Begitu pelan dan sangat berhati-hati orang itu menuangkan suatu carian ke dalam
gelas berkaki itu.
Warnanya merah pekat, tak berbuih, ada pantulan
wajah ku yang sedang menatapnya, sungguh menghibur penglihatanku.
sekarang.. gelas berkaki di atas meja itu
menjadi menarik dipandanganku.
Tidak kosong, ada sesuatu yang menggairahkan
didalamnya yang mengusik batinku untuk mendekat.
Lama ku pandang, tapi ragu untuk mendekat…
sampai pada akhirnya, keraguan dikalahkan oleh
rasa penasaran. Penasaran untuk mendekat, memegang dan mengangkatnya, sambil
digoyangkan searah jarum jam cairan dalam gelas berkaki tersebut, menghirup
aroma di dalamnya, secara perlahan tepian gelas berkaki itu kutempelkan dengan
bibirku, perlahan memasukkan cairan merah pekat yang menggoda kedalam mulutku,
mengendapkannya dipermukaan lidah, papila lalu merespon kemudian menyampaikan
kepada otak untuk mengurai rasa cairan merah pekat itu, lalu meneguknya seteguk
cairan yang sudah didalam mulut secara perlahan masuk kedalam kerongkongan.
Sayang.. rasa penasaranku sudah dibunuh. Dibunuh
oleh sebuah tulisan yang baru saja ditempelkan di atas meja. “syrup cocopandan
cap orang tua”
Banjarmasin, 2 Januari 2014 jam dua lewat lewat
waktu jam dinding
Perfect Class @kristianusevan Luapan Emosi
0 comments:
Post a Comment