Pages

Wednesday, June 27, 2012

RADIO KILL THE TV STAR

Wah judulnya provokatif banget yah… kek mirip satu buah album kompilasi beberapa band indie, tapi disini gw nggak membahas tentang album itu..
yah, RADIO KILL THE TV STAR. Sebelum masuk dalam kerangka berpkir gw, mungkin ada baiknya kita melakukan penyamaan persepsi tentang si kotak ajaib yang sudah menjadi barang ajaib dimana pun kita berada TELEVISI. Televisi merupakan suatu teknologi komunika massa yang dapat memanjakan indera audio dan visual kita. Acara yang dimiliki beragam, nggak perlu kemampuan khusus dalam mengkonsumsi televisi, maksudnya dibandngkan koran kita memerlukan suatu kemampuan membaca dulu baru bisa mengkonsumsi berita di koran tersebut. Tapi kalau televisi, noo.. just sit and enjoy. FYK (for your knowledge) pada saat kta menonton televisi otak kita sama sekali nggak bekerja. Jadi pada saat menonton televisi kita merasakan rileks tanpa harus berpikir berat pada saat duduk manis di depan televisi. Jadi, cara paling gampang buat ngehibur diri kita lebih baik menonton televisi daripada tidur. Yang terakhir, televisi telah menyajikan hiburan yang banyak tanpa kita harus membayar sama sekali. Jadi lewat televisi kita dapat terhibur secara gratis. Apalagi di Indonesia, acara televisi itu gratis. Di luar negeri sana paling banter ada 5 TV nasional, tapi di Indonesia mempunyai 11 stasiun televisi nasional dan menyajikan acara yang sangat menarik. EURO dan liga-liga bergengsi lainnya dapat kita tonton secara gratis. Di luar negeri sana, yah mereka harus merogoh kocek bila mau nonton itu. kenapa bisa gratis? ya bukan disini pembahasannya…

well, seperti yang udah gw paparin di atas. Televisi merupakan media massa yang paling unggul dikelasnya. But, keunggulannya ternyata sebanding dengan dampak negatif yang timbul dari televisi tersebut. Salah satu asumsi dari teori analisis kultivasi mengatakan bahwa televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari masyrakat kita. Jadi, televisi mampu mengkonstruksi pemikiran masyarakat, bukan hanya mengkonstruksi kalau saya pikir tapi juga mampu mendekonstruksi pemikiran yang sudah ada. contoh gampang, zaman dulu apabila kita ngomong tentang seksologi itu sangat tabu sekali, karena dianggap nggak etis, porno dan pokok pembicaraan yang sangat erotis. Tapi, sekarang udah biasa kita ngomong kek gituan, malah anak kecil pun dah mengerti apa arti impotensi itu. dan seksologi sekarang sudah menjadi suatu knowledge bagi remaja-remaja yang baru saja memasukki masa pubertas.  Kita balik lagi ke konstruksi pemikiran, berarti televisi sangat hebat sehingga bisa mengkonstruksi pemikiran manusia. Yah, kita lihat saja banyak orang berpendapat bahwa dikota yang dia tempati sudah tidak aman. ada penculikan, mutilasi, perampokan dan lain-lain. Para orang tua selalu mengingatkan anaknya untuk berhati-hati “karena ada banyak kasus penculikan”. kekhwatiran orang tua tersebut hal yang lumrah dan nggak ada yang salah, tetapi apabila kita telisik yang menjadi alasan mengapa oang tua menjadi khawatir karena media di Indonesia memberitakan tentang penculikan, terus adanya pencurian organ tubuh. Sehingga secara tidak langsung kita menjadi khawatir dan ter mindset bahwa penculikan sekarang sudah menjadi trend dan ini sangat gawat sekali ditambah dengan beberapa pemikiran lebay lainnya. Pembeitaan tersebut memang benar adanya, tetapi kita lagi-lagi ter mindset bahwa hampir semuanya buruk dan terjadi penculikan. Padahal belum tentu penculikan-penculikan yang ada murni modus kejahatan oleh orang nggak dikenal lalu sekonyong-konyong menculik seorang anak dengan random (hal itu yang menjadi mindset pemikiran kita). Karena, di Banjarmasin dulu pernah terjadi kasus penculikan. Sempat heboh, eh ternyata pelakunya adalah keluarganya sendiri dengan motif sakit hati. Contoh lagi, maraknya pemberitaan kasus korupsi di Indonesia, yah emang kasus korupsi udah menjadi news value dan itulah yang sekarang dicari oleh masyarakat. Coba kita lihat, siapa saja yang menjadi tersangka kasus korupsi. Nazaruddin, Angelina Sondakh dan lain-lain, darimanakah instansi mereka? anggota DPR bukan? hal yang menarik apabila kita melakukan suatu silogisme yang akan menghasilkan kesimpulan bahwa semua anggota DPR adalah korup. Yah, pasti semua setuju akan pendapat ini. Apalagi dtambah dengan survei yang mengatakan DPR adalah lembaga negara yang paling korup, wah selamatlah citra kaum politisi yang udah dicap masyakarakat sebagai orang yang akan dan sedang melakukan korupsi di ladang korupsi. Padahal, nggak semua anggota DPR yang korupsi, apalagi opini masyarakat yang mengatakan anggota DPR cuman makan gajih buta nggak ada yang kerja. Yah sebagian besar begitu, tapi ingat masih ada sebagian kecil yang berkinerja tapi nggak ke ekspose aja (hal ini merujuk pada salah satu teori komunikasi spiral of silence). Wew, banyak banget ketidak sadaran kita kalau persepsi kita ternyata didapat dari media massa yaitu televisi. Apalagi tayangan televisi kita di Indonesia yang menurut saya kurang mendidik, contohnya saja sinetron-sinetron yang suka memperebutkan harta. Kita akhirnya mempunyai konstruksi bahwa orang kaya itu serakah, bisa saling sikut antar sesama keluarga apabila. kalau dua contoh diatas tadi tentang penculikan terus korupsi terekspos secara terus menurus karena mempunyai news value sehingga harus diekspos. Untuk memenuhi keinginan masyarakat tentang suatu berita. Tapi beda halnya dengan acara sinetron karena televisi tidak berkutik ketika sudah menyangkut dengan namanya bisnis. Karena FYI televisi Indonesia nggak independence dalam mengudara. Mereka tergantung dari para pemilik modal yang menjadi sumber aliran pendapatan yang paling besar. Sinetron dibuat karena pemilik modal meinginkan suatu tayangan yang diminati dan populer di masyarakat bukan tayangan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Jadi selama apa yang disukai masyarakat adalah sinetron, ya selama itulah cerita sinetron nggak akan putus dan berceritakan tentang alur kehidupan yang absurd.

waduh nggak sadar, ternyata postingan gw udah mirip kek paper yang dikerjain mahasiswa, oke gw akan bagi postingan ini dalam beberapa bagian. mungkin gw kristalisasi lagi postingan ini dengan beberapa keyword yang menuntun kalian memahami postingan ini (maklum gw orangnya kalau berbicara bisa jadi panjang dan lebar).

 - Televisi mampu mengkonstruksi pemikiran masyarakat
- Stasiun televisi dipengaruhi oleh para pemilik modal

Gw sangat antusias sekali dalam memposting tema ini, karena berkaitan dengan disiplin ilmu gw sendiri dan sebagai mahasiswa yang menjunjung tinggi tridharma universitas gw haruslah memberikan sesuatu yang tidak sekedar pengetahuan tapi juga suatu kesadaran akan diri sendiri. Gw merasa masyarakat Indonesia merupakan pengkonsumsi berat tayangan televisi, sangat disesalkan sekali hari-hari kita hanya habis untuk mengkonsumsi hal-hal yang nggak sehat apalagi mengingat efek dari televisi itu sendiri. Dua kata yang menjadi inti dari postingan gw adalah LITERASI MEDIA yang nantinya akan gw sampaikan di postingan selanjutnya//



Perfect Class @kristianusevan Luapan Emosi

2 comments:

Jurnal Junior said...

tv memang praktis.. dan saya setuju dengan anda akan dampak negatifnya yang sepadan dengan fungsinya.. ada kalanya kita perlu mengambil referensi lain dari koran ataupun radio.. untuk ditelaah lebih lanjut.

kristianusevan said...

televisi itu sebuah kotak ajaib yang memiliki paradoks di dalamnya

Post a Comment