yah, RADIO
KILL THE TV STAR. Sebelum masuk dalam kerangka berpkir gw, mungkin ada baiknya
kita melakukan penyamaan persepsi tentang si kotak ajaib yang sudah menjadi
barang ajaib dimana pun kita berada TELEVISI. Televisi merupakan suatu
teknologi komunika massa yang dapat memanjakan indera audio dan visual kita.
Acara yang dimiliki beragam, nggak perlu kemampuan khusus dalam mengkonsumsi
televisi, maksudnya dibandngkan koran kita memerlukan suatu kemampuan membaca
dulu baru bisa mengkonsumsi berita di koran tersebut. Tapi kalau televisi, noo.. just sit and enjoy. FYK (for your
knowledge) pada saat kta menonton televisi otak kita sama sekali nggak bekerja.
Jadi pada saat menonton televisi kita merasakan rileks tanpa harus berpikir
berat pada saat duduk manis di depan televisi. Jadi, cara paling gampang buat
ngehibur diri kita lebih baik menonton televisi daripada tidur. Yang terakhir,
televisi telah menyajikan hiburan yang banyak tanpa kita harus membayar sama
sekali. Jadi lewat televisi kita dapat terhibur secara gratis. Apalagi di
Indonesia, acara televisi itu gratis. Di luar negeri sana paling banter ada 5
TV nasional, tapi di Indonesia mempunyai 11 stasiun televisi nasional dan
menyajikan acara yang sangat menarik. EURO dan liga-liga bergengsi lainnya
dapat kita tonton secara gratis. Di luar negeri sana, yah mereka harus merogoh
kocek bila mau nonton itu. kenapa bisa gratis? ya bukan disini pembahasannya…
well,
seperti yang udah gw paparin di atas. Televisi merupakan media massa yang
paling unggul dikelasnya. But, keunggulannya ternyata sebanding dengan dampak
negatif yang timbul dari televisi tersebut. Salah satu asumsi dari teori
analisis kultivasi mengatakan bahwa televisi membentuk cara berpikir dan
membuat kaitan dari masyrakat kita. Jadi, televisi mampu mengkonstruksi
pemikiran masyarakat, bukan hanya mengkonstruksi kalau saya pikir tapi juga
mampu mendekonstruksi pemikiran yang sudah ada. contoh gampang, zaman dulu
apabila kita ngomong tentang seksologi itu sangat tabu sekali, karena dianggap
nggak etis, porno dan pokok pembicaraan yang sangat erotis. Tapi, sekarang udah
biasa kita ngomong kek gituan, malah anak kecil pun dah mengerti apa arti
impotensi itu. dan seksologi sekarang sudah menjadi suatu knowledge bagi remaja-remaja yang baru saja memasukki masa
pubertas. Kita balik lagi ke konstruksi
pemikiran, berarti televisi sangat hebat sehingga bisa mengkonstruksi pemikiran
manusia. Yah, kita lihat saja banyak orang berpendapat bahwa dikota yang dia
tempati sudah tidak aman. ada penculikan, mutilasi, perampokan dan lain-lain.
Para orang tua selalu mengingatkan anaknya untuk berhati-hati “karena ada
banyak kasus penculikan”. kekhwatiran orang tua tersebut hal yang lumrah dan
nggak ada yang salah, tetapi apabila kita telisik yang menjadi alasan mengapa oang
tua menjadi khawatir karena media di Indonesia memberitakan tentang penculikan,
terus adanya pencurian organ tubuh. Sehingga secara tidak langsung kita menjadi
khawatir dan ter mindset bahwa
penculikan sekarang sudah menjadi trend dan ini sangat gawat sekali ditambah
dengan beberapa pemikiran lebay lainnya. Pembeitaan tersebut memang benar
adanya, tetapi kita lagi-lagi ter mindset
bahwa hampir semuanya buruk dan terjadi penculikan. Padahal belum tentu
penculikan-penculikan yang ada murni modus kejahatan oleh orang nggak dikenal
lalu sekonyong-konyong menculik
seorang anak dengan random (hal itu
yang menjadi mindset pemikiran kita). Karena, di Banjarmasin dulu pernah terjadi
kasus penculikan. Sempat heboh, eh ternyata pelakunya adalah keluarganya
sendiri dengan motif sakit hati. Contoh lagi, maraknya pemberitaan kasus
korupsi di Indonesia, yah emang kasus korupsi udah menjadi news value dan itulah yang sekarang dicari oleh masyarakat. Coba
kita lihat, siapa saja yang menjadi tersangka kasus korupsi. Nazaruddin,
Angelina Sondakh dan lain-lain, darimanakah instansi mereka? anggota DPR bukan?
hal yang menarik apabila kita melakukan suatu silogisme yang akan menghasilkan
kesimpulan bahwa semua anggota DPR adalah korup. Yah, pasti semua setuju akan
pendapat ini. Apalagi dtambah dengan survei yang mengatakan DPR adalah lembaga
negara yang paling korup, wah selamatlah citra kaum politisi yang udah dicap
masyakarakat sebagai orang yang akan dan sedang melakukan korupsi di ladang
korupsi. Padahal, nggak semua anggota DPR yang korupsi, apalagi opini
masyarakat yang mengatakan anggota DPR cuman makan gajih buta nggak ada yang
kerja. Yah sebagian besar begitu, tapi ingat masih ada sebagian kecil yang
berkinerja tapi nggak ke ekspose aja (hal ini merujuk pada salah satu teori
komunikasi spiral of silence). Wew,
banyak banget ketidak sadaran kita kalau persepsi kita ternyata didapat dari
media massa yaitu televisi. Apalagi tayangan televisi kita di Indonesia yang
menurut saya kurang mendidik, contohnya saja sinetron-sinetron yang suka
memperebutkan harta. Kita akhirnya mempunyai konstruksi bahwa orang kaya itu
serakah, bisa saling sikut antar sesama keluarga apabila. kalau dua contoh
diatas tadi tentang penculikan terus korupsi terekspos secara terus menurus
karena mempunyai news value sehingga harus diekspos. Untuk
memenuhi keinginan masyarakat tentang suatu berita. Tapi beda halnya dengan
acara sinetron karena televisi tidak berkutik ketika sudah menyangkut dengan
namanya bisnis. Karena FYI televisi Indonesia nggak independence dalam
mengudara. Mereka tergantung dari para pemilik modal yang menjadi sumber aliran
pendapatan yang paling besar. Sinetron dibuat karena pemilik modal meinginkan
suatu tayangan yang diminati dan populer di masyarakat bukan tayangan yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Jadi selama apa yang disukai masyarakat adalah
sinetron, ya selama itulah cerita sinetron nggak akan putus dan berceritakan
tentang alur kehidupan yang absurd.
waduh nggak
sadar, ternyata postingan gw udah mirip kek paper yang dikerjain mahasiswa, oke
gw akan bagi postingan ini dalam beberapa bagian. mungkin gw kristalisasi lagi
postingan ini dengan beberapa keyword yang menuntun kalian memahami postingan
ini (maklum gw orangnya kalau berbicara bisa jadi panjang dan lebar).
- Televisi
mampu mengkonstruksi pemikiran masyarakat
- Stasiun
televisi dipengaruhi oleh para pemilik modal
Gw sangat
antusias sekali dalam memposting tema ini, karena berkaitan dengan disiplin
ilmu gw sendiri dan sebagai mahasiswa yang menjunjung tinggi tridharma universitas gw haruslah
memberikan sesuatu yang tidak sekedar pengetahuan tapi juga suatu kesadaran
akan diri sendiri. Gw merasa masyarakat Indonesia merupakan pengkonsumsi berat
tayangan televisi, sangat disesalkan sekali hari-hari kita hanya habis untuk
mengkonsumsi hal-hal yang nggak sehat apalagi mengingat efek dari televisi itu
sendiri. Dua kata yang menjadi inti dari postingan gw adalah LITERASI MEDIA
yang nantinya akan gw sampaikan di postingan selanjutnya//
Perfect Class @kristianusevan Luapan Emosi
2 comments:
tv memang praktis.. dan saya setuju dengan anda akan dampak negatifnya yang sepadan dengan fungsinya.. ada kalanya kita perlu mengambil referensi lain dari koran ataupun radio.. untuk ditelaah lebih lanjut.
televisi itu sebuah kotak ajaib yang memiliki paradoks di dalamnya
Post a Comment